Minggu, 17 Agustus 2014

Hilang Karena Ulahku



Permulaan dari sebuah seleksi penghafal al-quran di sebuah desaku. Ya desaku ini tidak terlalu besar, namun dipenuhi banyak penduduk yang sebagian bermayoritaskan ISLAM.
Ya, desaku sekarang ini adalah desa poncol namanya, walau agak sedikit aneh nama desaku ini, namun inilah desaku. Desa ini terletak di Daerah Ciledug Indah 2.
Aku bukanlah anak dari seorang kyiai ataupun ustad/ustadzah, aku hanya anak dari sepasang suami isteri yang berfprofesi sebagai buruh pabrik.
Namaku Sammy Andrean. Panggil saja aku "Sammy".
Suatu hari ketika aku mengikuti sebuah seleksi penghafal al-quran di desaku ini,  aku tak menyangka kalau aku akan lulus seleksi. Pada seleksi ini para calon dimintai untuk membacakan ayat suci al-quran dimana ayat dan surat yang akan dibaca ditentukan oleh juri.
Saat giliranku, aku mendapatkan surat ali-imran ayat 102-103, aku pun membacanya dengan pelan namun pasti ya kata orang.
Awalnya aku tidak yakin kalau aku lulus seleksi, namun Allah punya rencana yang baik untukku. Akhirnya akupun diterma sebagai penghafal al-quran.
Bagi para penghafal yang lolos, setiap harinya akan dituntut menyetor ayat. Katanya sih sesanggupnya saja menyetor ayatnya. Mau dua, lima, sepuluh bahkan dua puluh tidak masalah. Semua tergantung kesanggupan diri.
Tibalah saatnya aku menjadi santri penghafal al-quran di rumah pondok tahfidz poncol.
Aku mendapatkan kenalan baru, santri-santri disinin didominasikan oleh santri perempuan, tak tau mengapa bisa santri perempuan lebih banyak daripada santri laki-laki. Sudah terbalikkah dunia ? I don't know! kata orang barat sana.
Disini memang santri laki-laki dan perempuan masih bergabung, belum terpisah. Karena pondok tahfidz ini juga baru ada di desaku ini.
Aku banyak sekali mendapat teman baru yang alim-alim disini.
"Hai, namanya siapa bro? namaku Sammy" tanyaku pada salah satu santri laki-laki yang berada di sampingku.
"Assalamu"alaikum, nama saya al-fadani, salam kenal akhi" jawabnya
(terkejut,,, karena ternyata alim beneran) "Wa'alaikumsalam, iya akhi. Mau mulai menghafal dari juz berapa akhi?"
"Saya ingin mulai dari juz 30 saja akhi, agar lebih mudah" tersenyum padaku
"Oh begitu, baiklah saya akan memulainya dari sana juga, dari surat apa yang akan di setorkan terlebih dahulu ya akhi?" tanyaku
"Saya dari surat an-nas ya akhi, agar dapat menyetorkan banyak surat, karena dari an-nas itu merupakan surat-surat pendek yang mudah dihafal". jawabnya dengan ramah.
"Kalau begitu, aku akan mengikutimu akhi."
"Baik akhi,," saling tersenyum dan kemudian mulai menghafal.
Dalam hari ini aku dapat menyelesaikan menyetor lima surat, yaitu surat an-nas, al-falaq, al-ikhlas, al-lahab, dan an-nasr.
Temanku al-fadani menyetorkan enam surat, berarti dari an-nas sampai al-kafirun. Beda satu surat ajalah. Rapopo, esok aku susul dia.

Berminggu-minggu berlalu, adapun dalam pondok ini barang siapa yang hadir penuh dari senin-jumat akan mendapat uang sebesar Rp.25.000. Berarti sehari Rp.5.000. Wah, enaknya, biasanya kalau kita mengaji kita yang bayar, tapi ini kita yang dibayar.
Akupun terkadang medapatkan full, kadang juga tidak, tapi aku senang. Namun, banyak yang bilang berarti itu menghafal karena uang, bukan karena Allah,.
Tapi menurutku kalau itu cara yang baik dari permulaan untuk memancing para santri semngat menghafal tidak ada salahnya.

1 tahun pun berlalu, aku dan lima santri berhasil menyelesaikan juz 30. 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.
Para ustad dan ustadzahpun senang. Hingga saat itu ada berupa test hafalan yang nantinya kami akan mendapatkan piagam penghargaan, karena telah selesai menyelesaikan 1 juz yaitu juz 30 atau yang lebih terkenalnya juz 'amma.
Kenapa dibilang juz 'amma, karena awal dari juz ini yaitu surat an-naba' yang di awali dengan kata 'amma yatasaa aluun, awal katanya adalah 'amma, makanya disebut juz 'amma.
Juz 30 selesai aku melanjutkan hafalanku menujun juz 29, begitu pula dengan empat temanku yang lainnya.
Baru dari setengah juz, aku sudah mulai merasa malas untuk menghafal lagi, namun akhirnya juz 29 ini aku selesaikan 1 tahun juga, yaitu ketika aku duduk di kelas 2 SMP.
Sudah lumayan tua lah umurku, sekarang malahan banyak sekali anak kecil yang sudah banyak memiliki hafalan, namun untuk belajar tidak ada kata terlambat, selagi ada kemauan.
Setelah mendapat 2 juz, aku mulai jarang bahkan tidak hadir ke pondok tersebut, engga tau kenapa aku malas sekali, hingga mamaku menegurku.
"Sammy, kok tidak ngaji ke pondok lagi sayang? sia-sia nanti hafalannya kalu engga di jaga, nak"
 "Iya mama, Sammy ngulang hafalan di rumah aja kan bisa ma" jawabku
"Hmm,, ya sudah, tapi benar ya di ulang, kalau bisa teruslah mengaji ke sana nak"
"Iya ma, nanti kalau sempat Sammy ke pondok tahfidz lagi"
"Baiklah nak ingatlah, tidak mudah untuk bisa msuk ke dalam pondok tahfidz ini, nak"
"Iya mama" tersenyum.
Namun, akupun makin jarang untuk datang ke pondok tahfidz apalagi mengulangnya di rumah.
Katanya orang penghafal al-quran itu baik sekali dan bahkan dengan hafalannya maka sifat dan tingkah laku akan ikut terdorong ke hal-hal yang baik.
Namun entah mengapa , aku sekarang mulai nakal, aku mulai mengenal pacar-pacaran, suka menjawab apa kata guru, apalagi sampai pernah aku membentak adikku sendiri.
Hingga suatu ketika di sekolahku ada ajang perlombaan Hafidz Quran antar sekolah di Tangerang.
Aku di tunjuk oleh salah seorang guru untuk mengikuti ajang perlombaan tersebut, dengan rasa percaya diri yang kuat aku mengikutinya. Ya saat itu aku percaya kalau aku bisa menang karena aku merupakan anak tahfidz quran.
Mungkin karena kesombonganku yang tak pernah mengulang kembali hafalanku ini, hampir semua hafalanku hilang. Betapa malangnya aku, akupun membuat malu sekolahku.
"Lanjutkan ayat ini, sanuq ri uka falaa tansa" juri melontarkan pertanyaan padaku
"Sanuq ri uka falaa tansa,,,,,,,,(terdiam sejenak) sanuq ri uka falaa tansa" hanya itu yang aku ulang-ulang dan akhirnya tidak bisamenjawab pertanyaan dengan benar. Begitu pun dengan pertanyaan yang lainnya.
Aku sangat malu, hingga akhirnya guruku menanyakan padaku " Sammy, ada apa denganmu? kenapa kamu tidak dapat menjawab pertanyaannya?"
"Maaf pak, Sammy  sudah membuat malu sekolah, Sammy tidak pernah mengulang hafalan sammy lagi pak" jawabku pada Pak Harun.
"Tidak apa-apa sammy, untuk kedepannya ulanglah terus dan jagalah hafalan itu"
"Baik pak"

Aku mencoba mengulang dan mengulangnya, namun sulit bagiku untuk seperti dulu kembali,
Ya tuhan, Hafalanku hilang karena ulahku sendiri, ampuni aku Ya Allah.

                                                                                                      by viviean anneesa          


2 komentar: